Tuesday, September 22, 2020

BERITA AKTUAL UNTUK LATAR BELAKANG MASALAH (2)

Sebagian penulis skripsi kerap mengalami kesulitan menemukan berita aktual yang relevan dengan topik masalah yang dikaji. Relevan atau tidak, akan sangat tergantung pada arah penulisan skripsi itu. Juga, latar belakang apa sebabnya masalah yang mau dikaji itu menjadi penting. Tentu saja, ini juga berkaitan dengan kebiasaan penulis mengikuti berita. 

Contoh: ada yang mau menulis tentang tape. Berita aktual apa yang kira-kira relevan dengan tape? Tergantung mau menyorot tape ini dari sisi mana. Misalnya saja, menyorot kedudukan hukum tape dari segi zat dan proses kimianya, disandingkan dengan proses istinbath hukum fiqih. Kalau arahnya di sini, dapat dipahami bahwa di antara muatan nilai yang terkandung adalah: urgensi kajian mendalam atas hakikat sesuatu hal sebelum penentuan hukumnya. Bisa cari berita misalnya, ketergesa-gesaan mengambil kesimpulan hukum yang masih prematur berakibat hal buruk. Atau, jika persoalan tape itu berkaitan dengan khamr, bisa juga diangkat berita terkait dampak buruk konsumsi khamr. Lalu, apakah perlu diwaspadai juga dampak konsumsi tape? Seperti apa? Karena masih belum jelas, maka masalah ini perlu dikaji. Contoh berita terkait tape: 

https://republika.co.id/berita/qdgt8w423/tape-uli-khas-cisalak-diusulkan-jadi-makanan-khas-depok

Lalu bagaimana menggiring berita tersebut agar memiliki benang merah dengan topik kajian? Misalnya saja, tape memang digemari masyarakat Indonesia... seperti disebutkan... [berita], lalu bisa masuk tentang sebagian orang masih mempertanyakan kehalalan tape, namun ternyata tape ini sudah dijadikan bagian inovasi makanan di Jepang: 

https://republika.co.id/berita/ph1p3m349/jal-luncurkan-makanan-jepang-halal-berbahan-tape


Jadi, intinya, bagaimana menggiring fenomena yang termuat dalam berita aktual kekinian untuk menjadi LATAR BELAKANG pentingnya masalah terkait untuk dikaji. 

Bagaimana jika memang sangat sulit menemukan berita aktual? Beberapa yang dapat dijadikan alternatif pengganti: 

1. Data kuantitatif, dokumen suatu lembaga resmi. Misalnya: tingkat perceraian di Indonesia yang dari tahun ke tahun cenderung naik, diambil dari Badan Pusat Statistik. Meski di sini seperti tidak ada WHO-nya karena tidak ada nama, sebenarnya WHO-nya itu juga ada, yaitu pasangan suami-istri di Indonesia. Namun tetap, lebih baik gunakan data terbaru. Misalnya ada data tahun 2016 dan 2018, tentu lebih utama mengambil data 2018. 

2. "Data" sejarah atau shirah tokoh yang memang sarat ibrah. Meski waktunya sudah berlalu cukup lama, tapi tetap relevan untuk digandengkan karena hal yang terjadi memang hal yang lazim terjadi juga di zaman sekarang. Contoh: haditsul ifk. Bagaimana rumah tangga Rasulullah صلى الله عليه وسلم berhasil melewati prahara yang juga lazim terjadi di rumah tangga manapun di zaman manapun. 

BISA DIANGKAT, kah? BERHUBUNGAN, kah? Lagi-lagi, ini tergantung persepsi penulis masing-masing. Benang merah seperti apa yang ia lihat pada berita tersebut dengan topik masalah yang ia sedang kaji? 

Contoh lain: membahas tentang kedisiplinan siswa. Akan sulit mencari berita-berita yang memang mengangkat betul-betul tema kedisiplinan anak sekolah (=siswa). Bisa diangkat misalnya berita tentang kecelakaan lalu lintas dan pengemudinya adalah orang yang masih di bawah umur. Jika ia bisa bawa mobil, apalagi mobil pribadi/keluarga, tentu lazimnya dia juga seorang siswa (biasanya bisa ditelusuri juga yang bersangkutan bersekolah di mana). Atau bisa mengangkat tawuran anak sekolah. Atau data statistik pelaku kriminal di bawah umur. 


Contoh lain: hubungan jiwa dan paradigma berpikir. Tentu sangat sulit menemukan berita faktual yang benar-benar menyebutkan jiwa mengarahkan cara berpikir. Tapi bisa diangkat misalnya berita LGBT dilarang keras di Rusia tapi dilegalkan di US, itu sudah menunjukkan paradigma berpikir yang berbeda. Atau fenomena lockdown. Di US sendiri ada state yang menerapkan LD tapi jaksa agung US sendiri menentang konsep LD, bahkan menyamakan LD dengan perbudakan. Ini juga sudah menunjukkan paradigma berpikir yang berbeda-beda. Atau, mengapa LD di Cina bisa diterapkan, dan rakyatnya manut, kenapa tidak untuk di negara seperti Brazil, yang bahkan presidennya menolak pakai masker? 

No comments:

Post a Comment